Kamis, 09 Juni 2011

Tuhan, Dekaplah Aku...


Tuhan, aku tahu Kau mendengarkan segala isi hatiku. Segala yang tersirat. Segala yang tersurat. Kau pemilik hati manusia, maha membolak-balikkan hati manusia. Aku bersimpuh kini dengan linangan airmata, dengan hati yang luka, karena cinta pada manusia, pada makhluk ciptaanMu bernama Lelaki. Lagi, aku seperti lebih tolol dari keledai… aku masuk ke dalam lubang yang sama, ke dalam labirin raksasa bernama cinta. Aku berjalan terlampau jauh ke dalamnya… dan kini tersesat… tak menemukan jalan keluar atas nyeri di hati yang kuderita. Tuhan… hatiku ngilu tak terkira… dadaku sesak tak beruang gerak.

Aku menangis lagi… tersungkur mendekap kedua kakiku merapat ke dada… Seperti ada lubang besar di dadaku… seperti lubang yang tak memiliki dasar… tak mampu aku melenyapkan nyerinya… Tolong aku, Tuhan… Aku mencintainya…

Tuhan… bukan aku berusaha menjadi penentu takdir… Tapi sungguh aku tak bisa memungkiri perasaanku padanya… harapanku padanya… Salahkah aku jika menangis ketika hati ini tak tersambut, Tuhan ?

Kau, sang pemilik cinta… yang telah menganugerahiku rasa cinta ini… Kini kumohon padaMu untuk Kau balikkan perasaan ini… untuk Kau redakan nyeri yang tak berluka nyata ini.
Salahku, Tuhan… mencintainya dengan luka nganga masa lalu… Salahku, Tuhan… mengharapkan ia membalut lukaku… salahku… mencintainya secara sepihak dan tak terkendali…

Kau tahu, Tuhan… seberapa nyeri aku kini… Kau tahu… penawar apa yang terbaik untukku kini… Kumohon padaMu, Tuhan… Kumohon… Jangan pernah tinggalkan aku… Berikanlah aku ketenangan dari cintaMu yang tak pernah terbatas… Limpahkanlah cintaMu padaku, Tuhan…

Limpahkanlah rasa sejuk dan tenang untuk jiwaku kini, Tuhan… Aku tersungkur kini… tak ada yang mampu menolong selain Engkau, Tuhan…

Aku sekarat, Tuhan... bahkan sendi-sendi ini tak mampu berfungsi dengan baik... Aku merana, Tuhan... Seolah raga ini akan tumbang dihantam kesedihan... ya... kesedihan yang luar biasa melanda padaku saat ini...

Tuhan, dekaplah aku... aku takut kehampaan dan kesedihan ini membunuhku...


Rabu, 08 Juni 2011

Bertemu, Kehilangan, dan Takdir Tuhan Untukku

Aku tak tahu dengan naksud apa Tuhan mempertemukanku dengan mu, aku tak banyak mengerti kenapa Tuhan menggerakkan hatiku untuk mencintaimu. Seperti katamu ini takdir, begitu juga dengan kenyataan bahwa aku telah kehilanganmu. Takdirku untuk merasakan kehilangan.

Aku masih mencari takdirku, jati diriku... Mungkin Tuhan sedang mendidikku melalui mu. Tuhan sedang mengajariku cara hidup sesungguhnya. Ini hanya kehilangan kecil, kan ? Seperti yang kau katakan bahwa pada akhirnya setiap manusia harus merelakan orang yang dicintainya pergi... melalui kematian... dan disanalah letak rasa sayang tertinggi seorang manusia, kerelaan melepas orang yang di cintainya.

Ini bukan kematian... tapi keputusan untuk meninggalkan apa yang kuinginkan. Keinginan, nafsu, harapan... aku harus mampu membedakannya... aku harus mampu merelakan...

Tuhan sedang mengajariku kesabaran... Ia sedang menempaku, kan ?

Tuhan tahu aku sering tak bisa menerima kenyataan dengan lapang dada... Tuhan tahu aku mencoba mengendalikan dan merancang takdirku sendiri. Maka ia mempertemukanku denganmu. agar kau membukakan mataku akan ambisi buta yang membuatku lupa, bahwa Tuhan telah mentakdirkan segalanya, dan aku bukanlah Tuhan yang mampu merancang takdirku sendiri. Aku adalah lakon yang harus menjalankan skenarionya.

Kau benar, Tuhan akan memberikan apa yang kita butuhkan, meskipun mungkin bukan apa yang kita inginkan. Karena Ia maha tahu segala apa yang terbaik untuk kita.

Tuhan membukakan mataku melaluimu... Manusia hanya berencana, Tuhan yang menentukan segalanya...
Aku hanya berusaha... tetap berusaha... karena aku yakin setiap usaha tak pernah sia-sia... maka aku hanya harus mempersiapkan diri menerima keputusan-Nya...

Rezeki, jodoh, dan mati ada di tanganNya... tapi bukan berarti kita diam dan menunggu, kita jalankan saja rencananya...

Tuhan tahu setiap keinginan yang tersimpan di lubuk hati terdalam manusia... Maka aku tak akan bersedih, aku tahu Ia mendengarkan...

Maka aku akan menjalani takdirku... Jika aku memang harus kehilangan, ia sedang melatihku untuk bersabar dan menerima kenyataan. Ia sedang menegur sifat idealisku, Ia sedang menuntunku... Ia tak pernah meninggalkanku...